Gua Pawon

 Perjalanan kali ini di wilayah Bandung Barat atau tepatnya didaerah Gua Pawon yang berada dikawasan Karst Padalarang atau batu kapur Citatah didesa Gunung Masigit, kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.


Gua Pawon memiliki panjang 38 meter dan lebar 16 meter sedangkan tinggi atap gua nya belum diketahui karena semenjak ditemukan atap gua sudah runtuh. Nama Gua Pawon sendiri karena masyarakat sekitar yang menyebut atap gua mirip seperti Pawon atau Dapur. Berdasarkan penelitian ahli geologi jutaan tahun lalu disekitar gua pawon adalah lautan yang mengalami proses pergerakan tektonik lempeng bumi dan menjadi gugusan gunung purba. munculnya gunung-gunung purba ini membuat cekungan yang besar dan akhirnya membuat sebuah danau, dan kita kenal dengan danau sunda purba. Dan Cekungan danau Sunda purba ini lama lama mengering dan ditempati oleh manusia. cekungan ini juga akibat dari letusan gunung sunda purba pada 105.000-210.000 tahun yang lalu. Dan menurut penelitian juga cerita turun temurun adalah awal dari peradaban leluhur orang sunda disekitar gua pawon, karena di gua pawon pernah ditemukan kerangka manusia purba yang sudah berusia sekitar 10.000 tahun. 



Di Situs Gua Pawon ini kita bisa menyaksikan peninggalan Mahkluk Purba yang pernah hidup dimasanya, antara lain : Kerangka manusia purba, monyet ekor panjang, pohon Binong dan Bambu hitam yang dijaman sekarang bambu hitam dipergunakan sebagai bahan pembuat Calung, Angklung, Gambang, juga kerajinan industri yang lainnya.



Begitu kita sampai di sekitar Gua pawon, medan yang dilalui untuk sampai di Gua Pawon cukup berat karena menuruni bukit dengan kemiringan sekitar 15-30 derajat. 
Suasana mistis sangat berasa juga pemandangannya sangat eksotik, ada rasa merinding begitu memasuki goa yang tergelap ada perasaan senang juga pengap apalagi disudut goa ada tulang tulang manusia purba, kita sebagai bangsa dengan budaya mistis yang kental banyak juga yang datang ke Gua pawon untuk ritual atau meminta "petunjuk".
Dengan penemuan Gua Pawon juga bukti peninggalan kebudayaannya menunjukan bahwa pada saat itu ada aktifitas kehidupan manusia diwilayah Gua pawon, dan membuka wawasan kita mengenai kehidupan jaman prasejarah. dan diharapkan kita sebagai generasi penerus bisa menjaga, merawat dan melestarikan peninggalan yang sangat berharga ini 


Abah H. Darma dan Abah H. Apep




“Lihatlah gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” 
(QS An Naml 27:88)




Baca Selengkapnya

Asal-Usul Nama Sunda (Perjalanan Sejarah)

Tadinya saya hanya mencari cari asal usul nama jalan yang ada di Bandung karena namanya sangat berkesan dengan cerita sejarah yang diceritakan waktu kecil. yaitu nama jalan Purnawarman, Sawunggaling, Mundinglaya, Ciung Wanara, Rangga Gading, Hariangbanga, Geusan Ulun. Suryakencana, Dipati Ukur, Bahureksa, Wastukencana, Gajah Lumantung, Singaperbangsa dan lain-lain. dan saya mencoba untuk mencari referensi untuk bisa saya ceritakan di blog saya ini.


Nama Sunda sudah mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman pada sekitar tahun 397M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya "Tarumanagara". Tarusbaya Penguasa ke 13 ingin mengembalikan kejayaan Tarumanagara yang semakin menurun di Purasaba(Ibukota) Sundapura. Pada tahun 670M ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda( selanjutnya punya nama lain yang menunjukan wilayah pemerintahan yang sama seperti Galuh, kawali, Pakuan pajajaran.) Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan diri dari kekuasaan Tarusbaya. Dalam posisi lemah dan ingin menghindari perang saudara, Maharaja Tarusbaya menerima tuntutan Raja galuh yang ingin memisahkan diri, akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua Kerajaan yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan batas Sungai Citarum, sebelah barat sungai ciarum adalah Kerajaan Sunda dimulai dari wilayah cianjur kearah barat dan sebelah timur sungai citarum adalah wilayah Kerajaan galuh dimulai dari wilayah Bandung ke arah timur. 


Menurut Sejarah, pembagian wilayah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh adalah sebagai berikut : 

1.   Pajajaran berlokasi di Kota Bogor dan beribukotakan di Pakuan.
2.   Galuh Pakuan beribukotakan di Kawali (Ciamis)
3.   Galuh Sindula yang berlokasi Lakbok dan beribukota di Medang Gili.
4.   Galuh Rahyang berlokasi di Brebes dengan ibukotanya di Medang Pangramesan.
5.   Galuh Kalongan berlokasi di Alas Roban dengan ibukotanya di Medang pangramesan
6.   Galuh Lalean berlokasi di Cilacap dengan ibukotanya di Medang Kamulan.
7.   Galuh Pataruman berlokasi di Bnajarsari dengan ibukotanya Banjar Pataruman.
8.   Galuh Kalingga berlokasi di Bojong dengan ibukotanya Karang kamulyan.
9.   Galuh Tanduran berlokasi di Pananjung dengan ibukotanya Bagola.
10. Galuh Kumara berlokasi di Tegal dengan ibukotanya di Medang kamulyan.


Maharaja Tarusbaya bersahabat baik dengan Raja Galuh Prabu Bratasenawa atau Prabu Sena. Purbasora yang merupakan cucudari pendiri Kerajaan Galuh melakukan perebutan tahta kerajaan Galuh pada tahun 716M karena merasa lebih berhak naik tahta daripada Prabu Sena, akibat perebutan kekuasaan itu Prabu Sena melarikan diri ke Kalingga (karena Istri Prabu Sena adalah cucu penguasa kalingga yaitu Maharani Sima Ratu kalingga).
Sanjaya putra dari Prabu Sena berniat menuntut balas kepada Purbasora, Sanjaya yang menjadi menantu Prabu Tarusbaya mendapatkan mandat memimpin Kerajaan Sunda langsung untuk memimpin pasukan  untuk menyerang Kerajaan Galuh yang dipimpin Purbasora, Galuh yang diserang habis-habisan, hingga yang selamat hanya Senopati Karajaan Galuh yaitu Balangantrang.

Awalnya Sanjaya hanya berniat balas dendam saja dengan terpaksa harus naik tahta  menjadi raja di Kerajaan Galuh, sebagai Raja Sunda makanya Sanjaya juga harus berada di Sundapura, akhirnya Sunda-galuh pun disatukan kembali hingga akhirnya Kerajaan Galuh diserahkan kepada tangan kananya yaitu Premana Dikusuma yang beristrikan Naganingrum yang memiliki putra bernama Suratoma alias Manarah.
Premana dikusuma adalah cucu dari Purbasora, harus tunduk kepada Sanjaya yang membunuh kakeknya, tapi Premana dikusuma juga hormat kepada Sanjaya yang sangat disegani, bahkan disebut juga sebagai Rajaresi karena nilai keagamaannyayang kuat dan memiliki sifat seperti Purnawarman, Premana Dikusuma juga menikah dengan Dewi Pangreyep(keluarga Kerajaan Sunda sebagai ikatan Politik).

Ditahun 732M mewarisi tahta Kerajaan Medang dari orang tuanya sebelum ia meninggalkan wilayah Kerajaan Sunda (jawa Barat) ia mengatur pembagian kekuasaan untuk kedua putranya (Tamperan dan Resiguru demunawan), Sunda-Galuh menjadi kekuasaan Tamperan dan Resiguru Demunawan memimpin Kerajaan Kuningan juga Galunggung.
Premana Dikusuma akhirnya lebih sering bertapa dan semua urusan kerajaan dipegang oleh Tamperan yang merupakan mata juga telinga sang ayah (Sanjaya), Tamperan terlibat skandal dengan Dewi Pangreyep hingga lahirlah jabang bayi yang diberi nama Banga(dalam cerita rakyat disebut dengan Hariangbanga).Tamperan memerintahkan pembunuh bayaran untuk membunuh Premana Dikusuma yang sedang bertapa dan akhirnya pembunuh itu dibunuh juga, akan tetapin semua nya tercium dan diketahui oleh Balangantrang.

Ki Balangantrang dan Manarah(Suratoma) merencanakan untuk balas dendam kepada Tamperan dalam cerita rakyat kita mengenal Manarah sebagai Ciung Wanara, akhirnya penyerangan pun dimulai bersama pasukan geger sunten yang dibangun diwilayah Kuningan, Ciung Wanara menyarang galuh dalam semalam, semua ditawan tapi Banga dilepaskan, namun Banga kemudian berniat membebaskan kedua orangtuanya hingga terjadi pertempuran yang mnengakibatkan Tamperan dan Dewi pangreyep tewas dan akhirnya Banga pun kalah menyerah.
Perang saudara itu akhirnya terdengar oleh Sanjaya yang mempimpin Medang atas titah ayahnya, Sanjaya kemudian menyerang Ciung Wanara tetapi Ciung Wanara telah bersiap dan akhirnya perang terjadi kembali ditengah peperangan muncullah Resiguru demunawan yang melerai dan akhirnya disepakati Galuh diserahkan ke Ciung Wanara dan Sunda diserahkan ke Banga.

Konflik terus terjadi, kehadiran orang galuh sebagai Raja Sunda di Pakuan  belum bisa diterima secara legawa dan secara umum.sama hal nya dengan kehadiran Sanjaya dan Tamperan sebagai orang Sunda di Galuh. Karena konflik itu setiap Raja Sunda yang baru selalu memperhitungkan setiap kedudukan yang akan dipilihnya menjadi pusat pemerintahan.
Dengan demikian pusat pemerintahan selalu berpindah-pindah, antara tahun 895M sampai dengan tahun 1311M kawasan jawa Barat selalu diramaikan oleh iring-iringan rombongan Raja baru yang pindah tempat pemerintahannya.

Dari segi budaya orang Sunda dikenal sebagai orang gunung karena banyak menetap di kaki atau lereng gunung dan orang Galuh sebagai orang air yang biasa menetap atau bermukim dipinggiran sungai maupun danau. Dari faktor inilah secara turun temurun dongeng Sakadang Monyet jeung Sakadang Kuya disampaikan.
Hingga pemerintahan Ragasuci (1297M-1303M). gejala ibukota mulai bergeser kearah timur ke Saunggalah hingga ke Kawali, Ragasuci sebenarnya bukan putra Mahkota, Raja sebelumnya Jayadarma beristrikan Dyah Singamurti dari wilayah Jawa bagian timur dan memiliki putra yang bernama Sanggramawijaya atau kita kenal dengan Raden Wijaya lahir di Pakuan, setelah Jayadarma wafat akan tetapi istrinya tidak mau tinggal diPakuan dan memilih kembali di daerah Jawa wilayah timur.Kelak Raden Wijaya mendirikan Kerajaan yang diberi nama Majapahit yang besar dan keturunannya yang bernama Hayam Wuruk yang mempunya mahapatih bernama Gajah Mada akan mempersatukan Nusantara, kecuali Kerajaan Sunda yang saat itu dipimpin oleh Raja Linggabuana, dan gugur bersama anaknya yang bernama Dyah Pitaloka Citraresmi dalam Perang Bubat tahun 1357M, sejak peristiwa Bubat tersebut keturunan kerabat Keraton Kawali ditabukan berjodoh dengan Keraton Majapahit.


Menurut Kidung Sundayana, inti kisah Perang Bubat adalah sebagai berikut, dikutip dari  Jawa Palace

Jadi nama jalan Purnawarman, Sawunggaling, Mundinglaya, Ciung Wanara, Rangga Gading, Hariangbanga, Geusan Ulun. Suryakencana, Dipati Ukur, Bahureksa, Wastukencana, Gajah Lumantung, Singaperbangsa dan lain-lain belum saya tuliskan karena masih mencari cerita versi yang satu dengan yang lain agar tidak menjadi sebuah perdebatan.
Demikian lah sepenggal tulisan sejarah yang terlupakan dan mungkin akan tergerus jaman juga peradaban sekarang ini, 
Mohon maaf apabila saduran juga tulisan ini keluar dari Judulnya.
Salam Waras...!

Baca Selengkapnya