Oleh : H. Akbar Saefulloh , Moh.
Sjafei & Sapta Cakra
Tulisan merupakan buah pikiran yang dituangkan
dalam goresan tangan atau alat mencurahkan sesuatu yang dirangkai dengan huruf
dan bahasa sehingga menjadi kalimat yang merupakan informasi bagi orang lain.
Jika tulisan telah berupa informasi menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi
kalangan umum, sehingga hasil tulisan itu menjadi alat informasi penting untuk
diketahui materi maupun isinya. Namun tulisan yang dibuat dalam huruf tertentu
menjadi keunikan tersendiri dan sangat memerlukan keahlian khusus pula untuk menguraikan
pesan dalam tulisan itu. Oleh karenanya, penulis mencoba mengajak peminat
budaya baca yang menyangkut tulisan Sangkakala untuk menerawang
sejenak apa yang ada didalamnya. Dipastikan penulis dengan huruf Sangkakala
ini langka dan mungkin hanya satu-satunya di dunia ini yang memiliki keahlian
menulis Sangkakala.
Batutulis yang berada di muara Ciaruteun,
diyakini awal para Leluhur menulis pada batu.
Sangkakala atau Sasakala artinya asal,
dipengaruhi dengan kurun waktu zaman, sehingga bahasa maupun tulisannya
mengikuti budaya kepercayaan yang berkembang ketika zaman itu. Tulisan dalam
huruf Sangkakala tersebut, banyak menyiratkan tentang Pajajaran
Siliwangi. Mungkinkah tulisan tersebut, sebagai identitas Pajajaran
Siliwangi?, entahlah. Oleh karena itu, dalam tulisan ini hanya disimak
sebatas yang berkaitan erat dengan Pajajaran Siliwangi.
Sejatinya tulisan tersebut, memiliki keunikan tersendiri dari garis lekukan
maupun bentuknya sehingga walau dibuat sesederhana mungkin akan tetapi memiliki
arti yang mendalam dan memerlukan pemahaman secara seksama. Hal itulah yang
dikatakan unik karena tidak semua orang dapat membaca, memahami dan mengerti
arti tulisannya.
Batu
Bertulis di Lemah Duhur Batutulis Bogor
Konon
orang tua dahulu, mulai menulis diantaranya diilhami dari dzat alam.
Nenek moyang banyak belajar diantaranya dari tumbuhan daun-daunan, dari buah
duku, maupun dari ikal buah jahe. Contohnya, pada daun-daunan tanaman perdu
maupun buah duku. Memang pada dzat alam tersebut tidak terlihat jelas
huruf yang digunakan sekarang, terlihat hanya lekukan sembarang sehingga
terkesan abstrak oleh karena fenomena alam.
Tulisan Pada Daun
Namun
apabila diperhatikan dengan seksama, pada dedaunan itu akan terlihat
garis lekuk putih dan pada buah duku garisnya berwarna coklat.
Mungkin ada pula pada tanaman lain yang belum ditemukan. Itulah rangkaian huruf
dan ternyata bermakna.
Tulisan Sangkakala
Tulisan Sangkakala yang ada di Cipaku
Bogor jika dicermati penuh dengan nilai estetika karena tata letak bentuk,
tarikan garis yang disertai dengan warna warni indah mempesona. Tetapi bagi
yang awam, merupakan kekaguman sekaligus bertanya-tanya karena lekuk dan
goresan hurufnya bagaikan rangkaian penuh misteri. Tulisan pada seukuran manila
karton ini ada sebanyak 20 buah dan telah dilengkapi dengan bingkai berkaca.
Selain itu, tulisan Sangkakala ada juga berupa buku seukuran polio bergaris
maupun buku setengah polio.
Pada tulisan-tulisan tersebut memang
tidak nampak judul ataupun topik, hanya yang menulis saja yang tahu dan
dapat menjelaskan tentang isi materi tulisannya. Namun ada juga di beberapa
tulisan kaligrafi itu terdapat penjelasan singkat dalam bahasa latin yang
terletak disisi pojok bingkai yang berbunyi : Sangiang Sungsang Tunggal,
Sangiang Purbawangi dan Siliwangi. Dengan penjelasan singkat itu,
minimal sedikit membantu untuk mengartikan bahwa yang tertera dalam tulisan
tersebut mungkin bagian dari ceritanya.
Gambar ini nampak pada
tulisannya terdapat bayang-bayang huruf S. Abjad S itu ternyata
menguraikan tentang Solomon atau Nabi Sulaeman. Tulisan itu
sepintas menceritakan tentang susunan keluarga Nabi Sulaeman dan tempat-tempat
yang mengandung nilai-nilai sejarah semasa Nabi Sulaeman jumeneng.
Konon tulisan berbentuk wafak ini telah menjadi
milik seseorang dari Negara Libanon. Sedangkan dalam bagian lainnya yang
tersirat pada lembaran berbentuk wafak tertulis huruf S. Bayang-bayang huruf
tersebut menunjukkan identitas nama Solomon, menurut siempunya mengisahkan
tentang Solomon atau Nabi Sulaeman.
Bayang-bayang huruf S mengkisahkan tentang Solomon
Pada bagian lain, juga
terdapat tentang Gurun Sinai (Gunung Nabi Musa), maupun tentang Sunan
Gunung Jati Cirebon serta tentang tempat-tempat lainnya yang ada di dunia
ini. Selain sejarah, ada pula isi materinya menceritakan tentang silsilah
keturunan, doa, nasihat dan bahkan ada juga yang menceritakan tentang
sifat-sifat “Karuhun”. Karuhun yang kami maksudkan adalah para leluhur
yang menjadi nenek moyang Pajajaran Siliwangi.
Namun yang menarik dan menantang
untuk diulas yaitu tentang penjelasan dari penulisnya, selalu menggunakan
bahasa arab. Padahal secara global sebagaimana tulisan dari halaman ke halaman
yang ada dalam buku, menguraikan tentang sejarah, nama tempat dan tentang
silsilah keturunan manusia, tetapi jika diperlukan penjelasan rinci diuraikan
dengan bahasa arab. Sehingga terkesan sangat kontras antara tulisan dengan
penjelasan. Oleh karena itulah apabila memerlukan penjelasan dari materi
tulisan, diperlukan menjadi pendengar yang baik dan harus sedikit memahami
terjemah bahasa Arab.
Sekedar informasi pula bahwa tulisan
tersebut ditulis dalam kurun waktu tertentu, hal itu tergantung
“Leluhur/Karuhun” mana yang mau menulis dan sempatnya kapan ia mau. Sehingga seluruh
tulisan itu tidak ditulis dalam waktu yang sama, tetapi ditulis secara berkala
ada yang menulis tiap dua tahun sekali dan ada pula yang mau menoreh goresan
tangannya setiap empat tahun sekali. Sedangkan pengerjaan tulisannya hanya
memerlukan waktu yang tidak lama, ada yang hanya satu jam tetapi ada juga
selama satu minggu. Mengenai karakter tulisannya pun beraneka ragam ada yang
dengan hurup besar-besar, namun ada pula dengan huruf kecil dan halus.
Dimanapun kehendak menorehkan sejarah tidak mengenal
waktu dan tempat
Sehingga hasilnya bisa diprediksi
serta tulisan itu juga terkesan menunjukkan karakter penulisnya. Apabila
hurufnya besar-besar menunjukkan karakter penulisnya pemarah, kasar dan galak.
Tetapi apabila tulisan hurufnya kecil dan halus, dipastikan penulisnya berhati
lemah lembut dan penyayang. Menurut pemilik tulisan Sangkakala ini, budaya
mengalihkan riwayat ke atas kertas memiliki kesan tersendiri karena secara
tidak langsung mempengaruhi sifat, sikap dan emosinya. Selain itu pula, dalam
memulai kegiatan menulis Sangkakala ini tidak mudah dan melalui proses
yang panjang dan melelahkan bagi penulisnya.
Sekitar pada tahun 1960, awalnya menulis
menggunakan media sirih lengkap dengan gambir, kapur sirih dan bakau yang
dikunyah. Setelah menghasilkan warna merah maka di tampung dalam piring
sebagaimana layaknya tinta warna, kemudian cairan tadi digoreskan pada
kertas. Sungguh fantastis.
Rumah Tempo Doeloe yang memiliki nilai
sejarah bagi “orangtua” sebagai penulis
Sekedar informasi, bahwa penulis
Sangkakala inipun ternyata mempunyai andil sumbang saran dalam pembangunan Tugu
Monas Jakarta, Mesjid Istiqlal Jakarta, maupun Tugu Kujang di Bogor.
Sumbang saran yang diberikan diantaranya menentukan lokasi tanah yang akan
dibangun, waktu pelaksanaan maupun syarat lainnya secara spiritual.
Selanjutnya, marilah kita coba
menyimak hasil tulisan Sangkakala. Tulisan ini diharapkan untuk menambah
khasanah budaya daerah dalam upaya memperkokoh budaya nasional mengingat
tulisan dan bahasa Sangkakala ini langka dan perlu dipelajari, dipahami,
dilestarikan karena merupakan kreatifitas asli dari suku bangsa Sunda. Pada
akhirnya nanti tulisan Sangkakala ini, berharap dapat diajukan kepada lembaga
hak cipta nasional sebagai legalitas penulisnya.
Sejatinya tulisan Sangkakala ini
memiliki pijakan dasar huruf Ha Na Ca Ra Ka. Disamping itu,
memiliki keterkaitan dan kemiripan dengan tulisan yang ada pada prasasti batu
peninggalan budaya prasejarah diantaranya yang ada seperti di Situs
Batutulis Bogor, Situs Kebun Raya Bogor, Situs Ciareuteun, Situs Kebon Kopi dan
Situs Pasir Jambu Koleangkak serta situs-situs lainnya yang menyebar
diseantaro jagat Nusantara yang memiliki hubungan erat dengan Pajajaran
Siliwangi. Sehingga kiranya tidak berlebihan jika tulisan Sangkakala ini
mempunyai nilai khusus untuk dilestarikan oleh lembaga yang berkompeten.
Dalam mengungkap tulisan ini,
seharusnya memerlukan bantuan kemampuan ahli dari kalangan tertentu karena
obyeknya rumit dan memerlukan penelaahan mendalam dari segi huruf maupun
penggunaan bahasa. Namun demikian, dengan kemampuan ala kadarnya marilah kita
ungkap sekilas tulisan Sangkakala ini semoga dapat menjadi bahan informasi yang
bermanfaat bagi peminat budaya dan sejarah.
Diawali dengan inventarisasi jumlah obyek berupa
kaligrafi sebanyak 20 buah dan buku ukuran polio sebanyak 1 buku dan setengah
polio sebanyak 7 buku. Untuk memudahkan pembahasan dari satu obyek ke obyek
lainnya, kami beri tanda kode huruf, sedangkan pada halamannya diberi angka.
Sehingga jika menunjukkan Buku Besar halaman 1, menjadi Bb-1. Pada buku
setengah polio atau Buku Kecil, karena jumlahnya sebanyak 7 buah buku, maka
pengkodeannya menjadi Bk 1 sampai dengan kode Bk 7. Jika pada Buku Kecil Nomor
1 halaman 1, akan terlihat Bk 1-1. Kemudian pada tulisan yang seperti
kaligrafi, diberikan pengkodean mulai K-1 sampai K-20 sesuai dengan jumlah
tulisan kaligrafi yang ada.
Huruf Ha Na Ca Ra Ka yang melatarbelakangi tulisan ini
Secara umum dalam buku Bb-1 yang
berwarna merah itu, tulisannya mempunyai awalan Alif, Ba, Ta, Tsa
dan seterusnya. Nampaknya huruf hijaiyah tersebut seperti nomenklatur yang akan
dibahas kemudian, karena ternyata huruf Alif yang memulai cerita dalam halaman
awal pembahasan buku itu. Kemudian huruf Ba, begitu juga uraiannya dan
seterusnya. Selain itu, dalam penulisan pada tiap halaman dari
ujung pinggir kiri sampai sisi kanan terisi penuh sepertinya penulis tidak
memperdulikan batasan ruang.
Selain itu pula, tarikan tulisan ada
yang vertical namun ada pula yang horizontal bahkan ada yang menoreh
miring kalimatnya. Sedangkan suku kata huruf tersebut, ditulis dari atas
kebawah atau sebaliknya, namun menurut penulisnya dapat terbaca secara terbalik
sekalipun.
Pada kode K-1, terdapat goresan huruf yang
melambangkan telapak tangan kiri. Hal ini menunjukkan bahwa yang dibahas dalam
tulisan tersebut menceritakan tentang pemilik telapak tangan yang bernama Sangiang
Tapak atau Sangiang Purba Prabu Agung.
Nampak Telapak Tangan kiri dan kanan yang menandakan
jelas pemiliknya
Lahirnya pada saat Babad Lutung
Kasarung. Sangiang Tapak adalah nama lain dari alias Siliwangi.
Sejatinya, Sangiang Tapak adalah petualang yang ulung dan selalu meninggalkan
jejak kaki dan batu bertulis. Sangiang Tapak selalu begitu pada setiap daerah
yang pernah disinggahi dan sekarang menjadi situs yang terdapat dibeberapa
daerah.
Terdapat penjelasan mengenai tulisan dengan
topik mengenai Gurun Sinai atau Gunung Nabi Musa. Pada lembaran ini diceritakan
tentang suasana gurun yang menjadi sejarah kejadian maupun silsilah keturunan
Nabi Musa. Menurut informasi, apabila leluhur dari Gurun Sinai menulis di
halaman buku ini dengan “Kekasih” Al-Bahar dan dalam
kesehariannya menetap disekitar lokasi yang terdapat curug air di negara
Palestina.
Tulisan leluhur yang dibuat di
Gunung Bentang
Pada
bagian lain, mengulas tentang Masjidil Al-Aqso yang terdapat di Yerusalem.
Seperti pada lembaran buku lainnya, penulis ini bernama “Al-Hajib Hamdani”.
Leluhur dari negara yang tak henti-hentinya berkecamuk peperangan ini,
seringkali menulis tentang sejarah dan keturunannya.
Terdapat beberapa huruf mirip seperti yang ada pada
setiap prasasti Batu Bertulis
Pada tulisan diatas tersebut,
terdapat kemiripan huruf sebagaimana yang tertera dalam Situs Batutulis Bogor,
Situs Kebun Raya Bogor, Situs Ciareuteun, Situs Kebon Kopi dan Situs Pasir
Jambu Koleangkak serta situs-situs lainnya yang menyebar diseantaro jagat
Nusantara yang memiliki hubungan erat dengan Pajajaran Siliwangi.
Tetapi leluhur Pajajaran Siliwangi tidak hanya
menyiratkan pada tulisannya tentang sejarah, doa, silsilah maupun rahasia alam
lainnya, ternyata juga berkenan dan memperhatikan soal politik kenegaraan.
Sebagaimana gambar diatas, dan ada pula yang lainnya menggambarkan beberapa
identitas organisasi partai politik.
Pohon
Beringin “Pangauban Qolbu”
Tulisan
tentang bendera sebelum pecah menjadi 2 negara
Namun
yang paling mencengangkan, terdapat asal muasal bendera negara yang terdapat
dibelahan Benua Eropa yaitu Inggris dan Jerman. Kalimat pada tulisan
tersebut menjelaskan tentang keturunan keluarga, sebelum negara tersebut pecah
menjadi dua negara.
Itulah sekilas mengenai tulisan leluhur Pajajaran Siliwangi dan masih banyak
lagi yang belum sempat diungkap karena keterbatasan waktu perbincangan. Sebab
ternyata ada tulisan yang tidak dapat diungkap seolah tabu dan takabur bagi
pemiliknya. Dari semua tulisan di atas tersebut, sepintas kilas memang
akan bingung dan enteng menarik kesimpulan apa mungkin ?. Tetapi sebelum
mengomentari alangkah baiknya meninjau secara langsung. Sehingga diharapkan
dengan penjelasan dari pemiliknya, Insya Allah akan memahami sebagaimana yang
terkandung maksud dalam tulisan tersebut.
Ulasan tulisan ini hanyalah salah satu upaya penggalian budaya yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia untuk diperkenalkan dan diangkat agar menjadi legalitas
warisan budaya Indonesia yang patut dibanggakan dan memperoleh penghargaan.
Lebih jauh lagi, agar memelihara dari jangkauan klaim oleh bangsa lainnya.
Itulah harapan penulis, kiranya tidak berlebihan jika memuji dan membanggakan
hasil kreatifitas, kemampuan dan keahlian bangsa kita sendiri.
Akhirul kalam, kami mengucapkan terima kasih dan syukur Alhamdulillah tulisan
ini dapat izin pemiliknya untuk dipublikasikan.
Cag...!